Skip to main content

Mohon Pengertiannya Hehe




Selamat malam

Ada apa ini aku sampai menulis 2 hari berturut-turut di blog, padahal biasanya selang berbulan-bulan baru bisa menulis lagi haha. Entah lah, rasanya ingin saja mengobrol denganmu di weekend yang tidak ke mana-mana ini. Walaupun ngobrolnya satu arah ya haha. Sejak kemarin langit mendung, matahari pagi entah sedang mencintai bumi bagian mana. Hari ini pun sama, lebih banyak gerimis kecil yang sebenarnya tak benar-benar bisa bikin kita basah walau berjalan di antaranya. Dingin. Aku tidak berani mandi  haha. Sewaktu sekolah jika hari libur tidak mandi seharian begitu, ibuku pasti sudah mengomel. Tadi sehabis maghrib aku mandi, lalu memutuskan mengenakan dress, kiriman ibu dari kampung. Hampir semua dress yang ada di Jakarta kiriman mama, atau aku bawa dari rumah saat momen pulang kampung.

Sekarang aku lagi pakai dres model sleeveless yang panjangnya tepat di bawah lutut, tapi aku padankan dengan kaos ungu muda sebagai dalaman. Padahal lagi dingin, tapi tetap maksa pengen pakai dress aja dibanding hoodie. Aku sebenarnya memang lebih suka pakai dress daripada kaos apalagi jaket atau celana jeans. Sepertinya sejak kecil Ibu mengkonsep aku sebagai perempuan yang semestinya saja kalau dari anggapan masyarakat pada umumnya. Warna pink dan pakai dress berbunga-bunga, berenda, atau rajutan. Karena tidak bisa lagi keluar rumah begitu, aku akhirnya tetap pakai dress di dalam rumah jika ingin terlihat cantik walaupun tidak ada yang melihat atau peduli juga, tapi aku yang lihat, aku suka hehe

Sekarang di sekitarku banyak anak-anak yang dipakaian hijab dari kecil. Dulu aku mikirnya ngapain gitu anak-anak dipakaian hijab, toh mereka belum mengerti. Tapi sekarang, beberapa tahun ini, sudut pandangku berubah seiring dengan pengalaman diri sendiri dan orang lain. Aku jadi berusaha menempatkan diriku di posisi sebagai orang tua yang punya anak perempuan. Aku juga pasti ingin melindungi mereka di tengah zaman ini, dan membiasakan atau mengenalkan mereka pada hijab itu bisa jadi salah satu caranya, walaupun ini kecil, tapi semoga anak-anak itu bisa melihat bagaimana ayah dan ibu mereka berusaha sambil menjadi contoh yang sepadan. 

Aku pun merasa relate. Karena sebagian besar baju masa kecilku dress atau rok kain gitu, aku tumbuh dengan menyukai hal-hal yang ibu kenalkan. Mungkin suatu saat jika diberi kesempatan untuk punya anak perempuan, aku juga mau anakku pakai hijab, tapi dipadukan dengan dress yang lucu juga hehe. Aamiin, semoga suatu saat kita bisa jadi orang tua yang cukup dan ga membebani mereka ya. Entahlah masih takut jika dipikirkan, tapi melihat sekarang, aku banyak dengar cerita pilu dari teman-teman, dari social media, bagaimana banyak anak muda seusiaku tumbuh menjadi tulang punggung keluarga, harus bisa diandalin, harus bisa support keuangan keluarga, walaupun kedua orang tuanya masih ada. Memang tidak semua anak menganggap ini sebagai kekurangan, ada yang melihatnya secara positif, tapi yang aku temui ceritanya lebih banyak keluhan dan rasa beban.

Kadang aku merasa kasihan dan ingin marah pada orang tua mereka. Kenapa seorang anak harus menanggung ketidakmampuan orang tuanya? Kenapa orang tua tidak bisa jadi orang tua yang layak untuk anak-anaknya?

Mendengar cerita hidup mereka, aku akui aku jadi merasa lebih bersyukur soal finansial karena masa kecil atau masa sekolahku bisa dibiayain orang tua dengan cukup. Tapi kalau mau memikirkannya lebih dalam lagi soal masalah ini, apa yang terjadi sebenarnya bukan salah siapa-siapa. Walau ingin egois melihat dari sudut pandang seorang anak, tapi lagi-lagi hidup ga sesimple itu. Setiap orang punya struggle-nya sendiri. Kita pernah punya salah, atau mungkin ada satu titik dalam hidup kita merasa sudah berusaha, tapi tidak ada yang benar-benar bisa berubah. Walau keadaan itu bisa diantisipasi, tapi tetap saja salah menghakimi satu pihak, atau memaksa pemikiran kita sama dengan orang lain. Untuk itu, aku sekarang ga mau banyak ngeluh atau merasa menderita soal hidupku yang dulu-dulu. Aku tahu pasti hidup semua orang itu susah, dengan cerita perjuangannya sendiri.

Jadi panjang gitu ya obrolannya. Padahal tadi cuma mau cerita keseharian aja, eh malah ke mana-mana. Kaya kurang bebobot ya tulisannya? Ga apa apa kaan? Aku juga ingin datang cuma untuk ngobrol hal sepele denganmu, misalnya seperti ini, tentang apa yang aku kenakan dan aku lakukan di rumah saja, atau sesuatu yang tiba-tiba terlintas di kepala. Kamu hari minggu ini sibuk apa?

Jadi dewasa itu ternyata ga mudah. Dulu sewaktu sekolah, aku dengan bangga dan percaya diri merasa diri sudah lebih dewasa dari teman-teman yang lain, hanya karena aku bisa melalui masa-masa yang ku anggap sulit itu tanpa mengandalkan orang lain sebagai sandaran. Tapi sekarang, di usia 25 tahun, aku bahkan tidak percaya diri lagi untuk bilang aku sudah cukup dewasa menyikapi semua masalah, atau hal-hal yang di luar kendali dan inginku. 

Mungkin kamu yang sedari awal sudah menjadi kamu-ku yang baik masih ingat beberapa pendapatku yang dulu. Kamu sebagai saksi bahwa semakin aku bertambah usia, aku terus belajar memandang suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda. Aku sudah sepenuhnya sadar kalau permasalahan di hidup ini tuh lebih kompleks aja gitu, kadang ga selalu hitam putih, bisa jadi selamanya abu-abu. Banyak kejadian atau momen yang bikin kita harus mempertimbangan keputusan-keputusan yang akan kita ambil, kadang kita juga harus kembali mengingat prinsip diri biar ga keluar jalur. Entah lah, mungkin ini hanya pemikiranku di usia 25, entah bagaimana lagi hidup akan mengajari di usia 30 atau 35 tahun nanti. Tapi semoga proses belajar ini tidak akan berhenti. Aku tetap aku, tapi mau belajar dan paham bahwa kita hidup dengan pola pikir yang berbeda-beda, simpan baiknya.

Btw aku udah mulai ngantuk, jadi aku merasa omonganku ga beraturan dan ga jelas gitu. Maaf ya, aku sudahi dulu. Terima kasih sudah baca tulisan panjang yang entah tentang apa ini. Bayangin aja aku lagi mejamin mata sambil tetap mau ngobrol karena sudah lama rindu tidak menyapamu selama ini. Mohon pengertiannya hehe

Comments

Popular posts from this blog

Hari Pertamaku

  Aku bertanya-tanya hari ini akan melakukan apa. Hari ini kegiatamu apa? Bekerja seperti biasa ya? Atau mungkin sedang liburan ambil cuti panjang? Atau sedang kurang enak badan jadi hanya beristirahat di rumah?  Hari ini, ku anggap sebagai hari pertamaku menganggur. Karena seharusnya seperti biasa aku berangkat kerja pagi dan selalu sampai rumah saat langit sudah gelap. Selama lebih dari 4 tahun bekerja di tempat yang sama, saat-saat terakhir justru yang teringat hanya bahagia dan kebaikannya saja, segala keluh kesah atau kekesalan selama ini hilang haha Syukurlah, aku pamit baik-baik.  Jadi hari ini aku mau sedikit cerita kegiatanku sebagai pengangguran di hari pertama. Semoga kamu ga bosan yaa hehe. Pagi tadi aku bikin kue regal, simple banget buatnya. Dapur langsung ku bersihkan, karena memang beberapa hari kemarin aku sudah membersihkan dapurku sebersih mungkin.  Siangnya, aku hanya kukus 3 telor dan wortel di rice cooker karena gas di rumah habis. Setelah itu a...

Perpisahan di 19 Agustus

Aku sedang terbaring di kasur, menatap jendela, melihat langit sore. Air mataku masih tersisa, yang sebenarnya beberapa hari ini aku sudah berusaha menahannya, entah untuk apa. Aku tidak tahu jelas apa yang ku rasakan. Perasaan sedih ini, aku tidak bisa menjelaskannya. Aku sedih namun aku baik-baik saja. Aku baik-baik saja namun aku ingin menangis.  Aku tidak tahu aku menangisi ketidakmampuanku menjaganya, atau perasaan melepaskan yang belum mampu ku kendalikan, atau aku menangisi diriku sendiri yg mengalami hal ini. Di antara kemungkinan itu, aku tetap tidak tahu pasti jawabannya apa. Sudah hampir 3 bulan, seharusnya minggu depan tepat 3 bulan aku menjadi seorang ibu. Tapi, ternyata tepat setelah 2 bulan aku mengetahui keberadaannya, dia  pergi. Lalu, tepat juga satu tahun pernikahan kami di tanggal 19 Agustus ini, resmi sudah berdua lagi. Melewati 3 hari di rumah sakit, untuk pertama kalinya aku masuk ruang operasi. Pertama kalinya pula aku merasakan kontraksi sedemikian rup...

Cerita Nganggur

  Hai kamu di 2025, apa kamu masih mau berteman denganku? Masih ingin tahu soal hidupku? Atau kamu saat ini sedang sibuk mengurus hidupmu sendiri, sedang berdamai dengan keadaan, sedang bekerja keras mencari uang, atau sedang menjalani hari yang biasa-biasa saja seperti aku? Apa pun itu, semoga kamu selalu memilih bertahan dan melangkah.  Aku tidak ingat apa sebelumnya aku sempat berbagi cerita bahwa sekarang aku pengangguran. Iya aku pengangguran yang banyak kegiatan di rumah, haha. Jujur saja aku baru tahu kalau aku orang yang ga bisa diam gini. Ada saja yang ingin ku kerjakan dan lakukan, meski ketika sadar sudah sore, aku sedikit menyesalinya kenapa aku tidak menghabiskan hariku melamar pekerjaan.  Hari-hari ku lalui dengan kegiatan yang sebenarnya itu-itu saja. Tapi aku justru merasa lebih produktif selagi aku mau bangun dari tempat tidurku. Bangun pagi seperti biasa, kupaksakan diriku olahraga jalan kaki hampir satu jam tiap pagi. Di jalan, aku bertemu dengan kakek ...