Aku sedang terbaring di kasur, menatap jendela, melihat langit sore. Air mataku masih tersisa, yang sebenarnya beberapa hari ini aku sudah berusaha menahannya, entah untuk apa. Aku tidak tahu jelas apa yang ku rasakan. Perasaan sedih ini, aku tidak bisa menjelaskannya. Aku sedih namun aku baik-baik saja. Aku baik-baik saja namun aku ingin menangis.
Aku tidak tahu aku menangisi ketidakmampuanku menjaganya, atau perasaan melepaskan yang belum mampu ku kendalikan, atau aku menangisi diriku sendiri yg mengalami hal ini. Di antara kemungkinan itu, aku tetap tidak tahu pasti jawabannya apa.
Sudah hampir 3 bulan, seharusnya minggu depan tepat 3 bulan aku menjadi seorang ibu. Tapi, ternyata tepat setelah 2 bulan aku mengetahui keberadaannya, dia pergi. Lalu, tepat juga satu tahun pernikahan kami di tanggal 19 Agustus ini, resmi sudah berdua lagi. Melewati 3 hari di rumah sakit, untuk pertama kalinya aku masuk ruang operasi.
Pertama kalinya pula aku merasakan kontraksi sedemikian rupa. Perutku, pinggangku, badanku kesulitan mencerna rasa sakitnya. Diinfus, pendarahan, dioperasi, melihat janinku yang sempurna berbentuk manusia tergeletak keluar dari dalam diriku. Aku harus merasakan sakit itu, bukan untuk menyambutnya datang ke dunia, tapi untuk benar-benar melepaskannya. Bahkan kita menguburnya bersama sambil menangisi bentuk tubuh manusia mungil itu, kecil sekali.
Padahal aku baru saja ingin mengabari pada dunia, padamu, dengan percaya diri bahwa aku kini dihuni oleh aku lainnya. Ku pikir akan menyenangkan memberi kabar bahagia, tapi ternyata justru sebaliknya, aku datang padamu untuk cerita sedih ini. 'New chapter of life', seperti halnya pernikahan ini, banyak hal-hal baru dalam hidup yg aku rasakan.
Malam setelah operasi, kepalaku linglung. Aku keluar dari ruang operasi pukul 11 malam, ku lihat mata sayu dan wajah mengantuk kak tegar yang sudah menungguku di ruang tunggu selama 4 jam. Sejujurnya saat itu aku tidak tahu yg aku rasakan. Setelah tiba di ruang rawat inap, aku menangis dalam pelukan kak Tegar, akhirnya aku bisa menangis lega setelah semua prosesnya selesai. Sampai saat aku menulis ini, aku masih tidak menyangka bahwa aku bisa sekuat itu.
Semoga di lain kesempatan yang jauh lebih baik, aku bisa kembali memberi kabar bahagia. Aku bisa dengan bangga dan percaya diri mengatakan bahwa perutku mulai buncit, berat badanku naik drastis, makanku banyak, dan hal-hal lainnya yang jadi pertanda ia siap hidup bersamaku di dunia.
Saat itu, ku harap aku yakin bahwa aku bisa menghidupinya dengan segala cara.
Maafkan aku yg sering bilang belum siap, maafkan aku yg sering ragu dan tidak percaya diri, maafkan aku yg sering lalai. Aku melepasmu, kecilku. Sampai bertemu ya.
ditulis 20 Agustus 2024.
Comments
Post a Comment