Skip to main content

aku: dimaknai.

aku lupa. belum sempat kuucap terimakasih padanya yang malam ini tlah berkenan mampir. meski yaa, tentu bukan untuk melihat senyumku.

 terimakasih sudah mau lebih melihat, berfikir, dan merasakan, hingga apa yang  tlah ku usahakan untuk menjadi seorang AKU, tersampaikan, selama ini, tanpa perlu kujelaskan, kamu mau memaknai itu, meski hanya sedikit, tapi tlah cukup buatku bahagia.
 sebab tidak mudah bagiku, menemukan. 
sebab tempatku di bumi, inginku dimaknai, mungkin terlalu berlebihan,
dan ya, tentu saja, aku tidak akan sungkan, tidak peduli banyak yang melihat, aku ingin menghargai keberhasilanmu. itu saja sebenarnya cukup membuatmu bisa menjadi bagian dari mereka yang hidup di dalam inti diriku, yang berarti. tapi lupakan, aku sudah tahu, aku memahami yang kudengar.

terimakasih sudah mengatakannya,  semoga mimpimu menyenangkan, besok pagi jangan lupa menengadah, matahari pagi yang terbaik, kamu patut mendapatkannya. (@glsarinase's story)


01:34 waktu Jakarta, sudah larut malam. banyak yang ingin kuceritakan padamu akhir-akhir ini, tapi jujur aku sedang tidak bersemangat menulis apapun, bagaimana ini, padahal aku sudah berniat menulis buku, benar-benar akan menulis buku, opss! hahahah
bagaimana menurutmu? apakah terlalu cepat? atau aku belum pantas?
aku sedikit ragu, tapi itu salah satu impianku sejak kecil, menulis buku yang jujur.
aahh rasanyaa pengaap, aku butuh nafas yang lebih luas.
ada banyak yang ingin kuceritakan, tapi begitulah, aku lupa haha.
malam ini, ada seseorang mampir, belum menjadi orang yang berarti bagiku, seorang teman laki-laki di kampus, tapi ya bisa dibilang aku mengenalnya cukup baik, begitu pula sebaliknya. tapi, kita selalu membicarakan hal-hal mengenai perasaan, mendalam, mungkin karena kita hampir sama (melankolis). dia sebenarnya sedang dekat dengan seseorang, entahlah, tidak jelas juga, aku tidak ingin menceritakannya karena itu masalah pribadinya. tapi selalu saja, akhirnya begitu, dan dia mengatakan penilaiannya terhadapku. aku dibuat terkejut karena dia bisa memaknai yang kusampaikan, hatiku yang selalu berharap "semoga tersampaikan" tidak sia-sia. dia bilang "kamu punya kelasmu sendiri, laki-laki yang berusaha dekat sama kamu dengan cara yang biasa, chat setiap hari atau cara yang biasa mereka pake ke perempuan lain nggak akan mempan di kamu, rasanya aku pengen ngasih tahu mereka bahwa mereka nggak akan berhasil pake cara itu. aku belum pantas, aku bukan apa-apa untuk kamu saat ini".
begitulah sekiranya. aku menghargai kejujurannya.
selain dia, sebenarnya ada seorang teman beberapa hari lalu, teman yang jauh, bertemu di Pare, kampung Inggris, dulu dia pernah menyatakan perasaannya padaku, dan aku memberi dia pemahaman. dari awal dia memang tidak ingin menjadi sahabatku, dia ingin lebih. aku juga bingung kenapa dia sangat mudah memutuskan bahwa itu perasaan yang dalam, karena kita hanya bertemu dan menjalani hari bersama saat aku pergi belajar ke kampung Inggris, Pare. aku masih ingat dia memberiku cokelat, mengajakku minum kopi, lalu menyanyi lagu 'malaikat juga tahu' yang dia tahu itu salah satu lagu favorite-ku saat dia mengajakku ke kedai kopi di Pare. dia bahkan memberiku bukunya, sudah diterbitkan. selalu salah paham, itu yang dia katakan. berkali-kali jika ada kesempatan liburan aku mengajaknya bertemu, karena dia tinggal di Surabaya, tapi dia menghindar, bahkan meski mengiyakan. akhirnya, dia mau jujur padaku tentang apa yang mengganggunya selama ini, jujur bahwa dia selalu salah paham padaku, bahwa aku terlalu baik untuk tahu dia tidak ingin bertemu, dia jujur bahwa dia belum menjadi dewasa seperti yang kita bicarakan dulu.
tidak mengapa, sungguh. aku menerima segalanya. aku terbiasa. namun, aku bersyukur, masih ada orang seperti mereka di sekelilingku, (yah selain Amiek, tidak perlu kuceritakan sepertinya).
begitulah, singkatnya. aku ngantuk, besok masih magang. semoga hari-harimu lebih hidup, terimakasih sudah selalu menungguku, mari bertemu di lain waktu lagi. teruslah berusaha menjadi manusia untuk manusia lain. semoga kamu juga bisa dimaknai, walau oleh seseorang, itu jauh lebih dari cukup, percayalah❤

Comments

Popular posts from this blog

Hari Pertamaku

  Aku bertanya-tanya hari ini akan melakukan apa. Hari ini kegiatamu apa? Bekerja seperti biasa ya? Atau mungkin sedang liburan ambil cuti panjang? Atau sedang kurang enak badan jadi hanya beristirahat di rumah?  Hari ini, ku anggap sebagai hari pertamaku menganggur. Karena seharusnya seperti biasa aku berangkat kerja pagi dan selalu sampai rumah saat langit sudah gelap. Selama lebih dari 4 tahun bekerja di tempat yang sama, saat-saat terakhir justru yang teringat hanya bahagia dan kebaikannya saja, segala keluh kesah atau kekesalan selama ini hilang haha Syukurlah, aku pamit baik-baik.  Jadi hari ini aku mau sedikit cerita kegiatanku sebagai pengangguran di hari pertama. Semoga kamu ga bosan yaa hehe. Pagi tadi aku bikin kue regal, simple banget buatnya. Dapur langsung ku bersihkan, karena memang beberapa hari kemarin aku sudah membersihkan dapurku sebersih mungkin.  Siangnya, aku hanya kukus 3 telor dan wortel di rice cooker karena gas di rumah habis. Setelah itu a...

Perpisahan di 19 Agustus

Aku sedang terbaring di kasur, menatap jendela, melihat langit sore. Air mataku masih tersisa, yang sebenarnya beberapa hari ini aku sudah berusaha menahannya, entah untuk apa. Aku tidak tahu jelas apa yang ku rasakan. Perasaan sedih ini, aku tidak bisa menjelaskannya. Aku sedih namun aku baik-baik saja. Aku baik-baik saja namun aku ingin menangis.  Aku tidak tahu aku menangisi ketidakmampuanku menjaganya, atau perasaan melepaskan yang belum mampu ku kendalikan, atau aku menangisi diriku sendiri yg mengalami hal ini. Di antara kemungkinan itu, aku tetap tidak tahu pasti jawabannya apa. Sudah hampir 3 bulan, seharusnya minggu depan tepat 3 bulan aku menjadi seorang ibu. Tapi, ternyata tepat setelah 2 bulan aku mengetahui keberadaannya, dia  pergi. Lalu, tepat juga satu tahun pernikahan kami di tanggal 19 Agustus ini, resmi sudah berdua lagi. Melewati 3 hari di rumah sakit, untuk pertama kalinya aku masuk ruang operasi. Pertama kalinya pula aku merasakan kontraksi sedemikian rup...

Cerita Nganggur

  Hai kamu di 2025, apa kamu masih mau berteman denganku? Masih ingin tahu soal hidupku? Atau kamu saat ini sedang sibuk mengurus hidupmu sendiri, sedang berdamai dengan keadaan, sedang bekerja keras mencari uang, atau sedang menjalani hari yang biasa-biasa saja seperti aku? Apa pun itu, semoga kamu selalu memilih bertahan dan melangkah.  Aku tidak ingat apa sebelumnya aku sempat berbagi cerita bahwa sekarang aku pengangguran. Iya aku pengangguran yang banyak kegiatan di rumah, haha. Jujur saja aku baru tahu kalau aku orang yang ga bisa diam gini. Ada saja yang ingin ku kerjakan dan lakukan, meski ketika sadar sudah sore, aku sedikit menyesalinya kenapa aku tidak menghabiskan hariku melamar pekerjaan.  Hari-hari ku lalui dengan kegiatan yang sebenarnya itu-itu saja. Tapi aku justru merasa lebih produktif selagi aku mau bangun dari tempat tidurku. Bangun pagi seperti biasa, kupaksakan diriku olahraga jalan kaki hampir satu jam tiap pagi. Di jalan, aku bertemu dengan kakek ...