Rasa yang tak bisa dirasakan.
Aku juga ingin jujur pada diriku, tanpa sandiwara.
Bisakah kali ini aku tidak perlu menahan diri lagi?
Aku tahu benar
Menyapa bukan berarti berniat singgah
"Hai" katanya disambut senyumanku sekedarnya
Aku mulai lelah diajak bermain mampir
Hari ini kuputuskan tak lagi berdiri menanti giliran jabat tangan
Ini omong kosong
Sampai kapan diam pada ruang nyaman sedang kutahu dia tak bermaksud tinggal
Aku ingin rumah, dan menetap.
Sudahi ini. Hidup masih menanti.
Aku melawan hatiku, tidak lagi bertanya apa yang sebenarnya dia inginkan dan rasakan. Bisakah kamu membayangkan ketika hatimu sendiri menyembunyikan sesuatu darimu? Dia tidak ingin memberi jawaban meski kamu meronta menghardiknya. Dia tetap bungkam.
Aku selalu bilang, hatiku milikku dan aku punya hak mengaturnya sesuai inginkan, bukan inginnya. Orang selalu bilang "ikuti saja kata hatimu" aah satu lagi pernyataan klise di bumi ini yang sialnya juga menempatkanku dalam lingkup permainannya. Aku menolak, tidak pro. Aku tidak ingin hatiku yang mengemudi, sudah berapa lama kuhabiskan waktu untuk belajar mengemudi perasaanku sendiri. Meski ya, terkadang aku gagal, tapi aku bukan orang yang mudah menyerah apalagi pada diri sendiri, kamu tahu kita manusia selalu saja kalah melawan hati kita, dia terlalu jujur, dan kita malah mencoba melawan kejujuran yang sedari petuah nenek moyang kita selalu bilang, dia akan menang.
Sudahlah, aku akan mengajak hatiku berdamai, agar dia tidak lagi memanfaatkanku dan wajah lain di malam-malam susahku terlelap, aku dan dia tahu, tak mudah baginya jatuh cinta, namun dia terlalu mudah kesepian. Aku akan berusaha membuatnya merasa cukup atas kasih sayangku, mungkin dia nanti bosan dan mencari lagi. Namun sampai saat itu tiba, kuharap dia bersabar dan mengerti.
Selamat tidur,.
Comments
Post a Comment