Desember yang basah. Hujan hampir setiap hari. Sepertinya ini pertama kali aku pulang kampung di Desember, merasakan kembali hari-hari yang diselimuti hujan, mendung, atau tanah yang becek.
Di sini, pagi hingga siang hari matahari terik, namun tentu tidak seterik di musim kemarau. Siang menuju sore dan malam seringnya hujan. Musim hujan saja di minggu kedua ini aku sudah mulai mengeluh panas, kalau kata mama, “Apalagi kamu ngerasain kemarin pas musim kemarau, pagi siang sore malam panas banget”
Tiba di sini, aku langsung disambut hujan sore hari. Mama langsung nawarin “mau mandi hujan ga?” Ditawarin gitu jelas dong jawabnya “MAUUU”
Tapi lucunya mama nawarin aku mandi hujan sambil kepalanya ditutup pakai plastik haha. Tahu ga si ini biasanya aku lakuin waktu kecil kalau lagi ngerengek ke mama pengen mandi hujan padahal lagi kurang enak badan. Dulu mama bolehin asalkan kepala ditutup plastik jadi ga basah. Meski lagi ga sakit, aku mengiyakan permintaan mama karena kenapaa gaaaa haha. Justru aku seneng bisa nglakuin hal seperti ini lagi.
Kegiatanku selama di rumah bisa dibilang cuma makan dan tidur. Ini saja mengabari kamu aku perlu menahan-nahan diri agar tidak jatuh ketiduran. Kemarin malam aku bahkan ketiduran jam 8 padahal tidak ada pekerjaan berarti yang sudah ku lakukan seharian haha. Pagi pukul 6 sarapan sudah disediakan lengkap dengan lauk pauknya. Aku yang biasanya di rantauan cuma sarapan buah atau apa yang ada, jadi mau ga mau ikutan makan juga. Pagi-pagi udah siap sedia kepiting, ikan, sayur, atau sambal. Jangan tanya kabar berat badan huhu. Kalau mama lagi masak, tugasku hanya bantu-bantu kecil saja, sesimple misahin daun sayur dari batangnya.
Pulang kali ini aku sering melamunkan hal-hal yang nampak sudah berubah. Keluarga bapak sudah tidak jualan lagi, sepertinya beliau sakit, tapi aku belum ada niat menjenguk mereka. Rumah nenek sekarang udah ga ada dua pohon mangganya. Bibiku yang tinggal di rumah nenek menebang pohon mangga yang menghidupi kami sekeluarga sejak kecil, sadddddd. Kalau nenek tahu pasti ga setuju, yang dulunya rindang kami duduk di teras tertutup dahan 2 pohon mangga sisi kanan dan kiri perkarangan rumah, sekarang adanya pohon jambu kristal, terong, kelor, dan tumbuhan bunga yang entah namanya apa.
Lalu, anak laki-laki yang dulu sewaktu kecil sering ku curi-curi pandang ke arah rumahnya untuk melihat dia dari kursi panjang teras rumah nenek, kini sudah menggendong bayi lucu.
Ga kerasa ya, waktu mengubah hal-hal yang dulunya ku pikir akan gitu-gitu aja. Sejujurnya aku selalu belum siap menyambut perubahan-perubahan yang ada dengan senang hati, namun aku menerima semua hal yang sudah seharusnya terjadi. Ku rasa, dari segala hal yang berubah setelah aku pulang, hanya bapakku yang tidak banyak berubah. Meski begitu, aku menikmati setiap momen kami bersama.
Jujur saja, seharian ini aku begitu keras mendoakan kebahagiaan untuk ibuku. Kesabaran dan pengorbanannya ku harap Allah balas sesegera mungkin. Entah melalui aku atau dirinya sendiri. Aku ingin ibuku panjang umur dan sehat, lalu bisa jalan-jalan-jalan melakukan yang ia inginkan. Tolong aminkan bareng aku yaa.
Sekarang sudah di penghujung tahun. Aku tidak tertarik menengok malam tahun baruan orang-orang. Aku ingin segera tidur, di sebelah ibuku dan Risvan. Semingguan ini Risvan (cucunya Nenek Lah) menginap di sini karena libur sekolah. Sejak bayi dia memang sering ku culik ke rumah berdua mama haha, sampai sekarang sudah kelas 6 SD, masih suka ikut mama kalau libur sekolah. Semoga seterusnya yaa, Van.
Kamu sedang melakukan apa? Selamat tahun baruan ya. Aku izin tidur duluan. Good nite🌙
*foto-fotonya menyusul. Ga tahu kenapa ga bisa upload .
Comments
Post a Comment