Sepanjang perjalanan menuju Serang, Banten. Diiringi lagu Tulus "Hati-Hati di Jalan", pilihan seseorang. Salah satu lagu yang paling banyak didengar Maret 2022 ini. Entah karena banyak yang suka liriknya saja atau kita semua merasa terikat dengan maknanya. Kutulis di sini, karena 10-20 tahun lagi, aku yakin karya Tulus akan tetap dikenal generasi selanjutnya, siapa tahu link blog ini nyasar karena canggihnya zaman itu nanti, setidaknya untuk generasi yang penasaran lagu-lagu nostalgia ayah-ibu mereka ketika masih disibukkan dunia percintaan anak muda. Ya, untuk yang merasakan.
Bicara lagu, aku secara pribadi selalu mengutamakan lirik dibanding nada. Mungkin karena aku tidak mengerti nada, mungkin juga karena aku lebih suka seni berkata-kata haha. Sebenarnya ada hal yang ingin aku ceritakan, tapi tidak akan aku ceritakan di sini. Hanya saja, aku mau curhat, ternyata sesulit itu ya untuk tidak memperjelas sesuatu yang sudah jelas.
Aku akui aku lengah. Aku sedang sial. Melangkah adalah pilihan paling salah, tapi menjalani sesuai alurnya juga bukan pilihan tepat.
Apa yang ingin ku tulis tidak bisa aku tulis di sini. Aku ingin berbagi semua hal denganmu, tapi bagaimana jika kali ini justru tentang kamu? Aku penasaran, sejauh mana aku bisa bebas menulis apa yang benar-benar aku rasakan, sampai nanti mungkin kamu akan melihat tulisan-tulisanku yang tanpa perasaan, yang hanya dibuat-buat saja, yang sebenarnya bukan aku pemilik ceritanya.
Sudah ya, aku menulis ini di jam bekerja, hanya ingin menulis saja. Biar tidak ditanya terus "kok enggak nulis di blog lagi?" Ahh dulu aku tidak tahu kamu itu siapa, tapi sekarang, beberapanya aku tahu. Satu tulisan ini untuk salah satu kamu-ku. Semoga kamu tidak terlalu kelelahan. Tahu tidak? aku paling mudah jatuh pada orang yang bijaksana. Dalam pikiran tiap kali melihat kamu "kalau kamu belum punya rumah, pasti sudah aku culik berlayar!".
Comments
Post a Comment